Sebagai salah satu Pengakuan Iman Westminster yang hadir pada tahun 1647. Dan terus diharapkan untuk dapat melayani gereja yang ada di abad ke-21. Berikut merupakan analisa yang disandur dalam buku karya G. I. Williamson berjudul Pengakuan Iman Westminster yang ada di website Momentum. Jadi jika ingin membaca details lebih lengkapnya alangkah baiknya untuk membuka dan membeli di website Momentum.
Westminster Gambar oleh Adam Derewecki dari Pixabay -- Westminster |
Sebelumnya merupakan Analisa Sederhana Pengakuan Iman Westminster (1647) Bab XVII.
Berikut di bawah ini Analisa Sederhana dari Pengakuan Iman Westminster Bab XVIII mengenai Kepastian Anugerah dan Keselamatan
Bab XVIII Kepastian Anugerah dan Keselamatan
1. Walaupun orang-orang munafik dan orang-orang yang belum lahir baru lainnya bisa secara sia-sia menipu diri mereka sendiri dengan harapan-harapan palsu dan pikiran-pikiran kedagingan bahwa mereka berada di dalam perkenan Allah dan kondisi keselamatan, tetapi pengharapan mereka ini pasti akan musnah. Sebaliknya, orang-orang yang secara sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus dan mengasihi-Nya dengan tulus, berupaya untuk berjalan di hadapan-Nya di dalam hati nurani yang baik, di dalam kehidupan ini bisa menjadi yakin secara pasti bahwa mereka berada di dalam kondisi anugerah, mereka bisa bersukacita di dalam pengharapan akan kemuliaan Allah, yang merupakan pengharapan yang tidak pernah mempermaluan mereka.
2. Kepastian ini bukan hanya suatu keyakinan yang berdasarkan dugaan-dugaan dan kemungkinan yang dilandaskan kepada pengharapan yang tidak sempurna; melainkan suatu kepastian iman yang sempurna yang didirikan di atas kebenaran ilahi dan janji-janji keselamatan, di atas bukti-bukti batiniah dari anugerah-anugerah dan janji-janji, diatas kesaksian dari Roh adopsi yang bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah, di mana Roh merupakan yang terpenting dari warisan kita, yang mana dengan-Nya kita dimeteraikan untuk penebusan.
Analisa Bab XVIII artikel 1 - 2
Bagian Pengakuan Iman ini mengajarkan kepada kita :
- bahwa terdapat kepastian palsu yang terkadang dinikmati oleh orang yang tidak percaya, di mana mereka menipu diri, dan pada akhirnya kondisi mereka akan tersingkap,
- bahwa terdapat kepastian yang sempurna, di mana orang-orang yang sungguh-sungguh percaya tidak tertipu, melainkan diteguhkan dengan pasti dan mereka tidak akan dikecewakan, dan;
- kepastian sempurna ini didasarkan kepada (a) Firman Allah yang sempurna, (b) anugerah yang disaksikan oleh Firman Allah dalam hati orang-orang percaya, dan (c) kesaksian Roh Kudus yang memampukan orang-orang percaya untuk meneguhkan satu dengan lainnya.
3. Kepastian sempurna ini tidak secara langsung menjadi bagian dari esensi iman, bahkan seorang yang sungguh-sungguh percaya mungkin harus menunggu waktu yang lama dan menghadapi banyak kesulitan sebelum dia menjadi seorang yang ikut ambil bagian di dalam kepastian ini. Akan tetapi,dengan dimampukan oleh Roh untuk mengetahui hal-hal yang secara bebas dikaruniakan Allah baginya, dia bisa, tanpa wahyu yang luar biasa, dengan penggunaan sarana-sarana umum secara benar, mendapatkan kepastian itu. Oleh karena itu, menajdi tugas setiap orang utnuk bertekun guna menjadikan panggilan dan pilihan atas dirinya, dan dengan kepastian ini hatinya bisa menjadi lapang dalam damai dan sukacita di dalam Roh Kudus, di dalam kasih dan syukur kepada Allah, dan di dalam kekuatan dan kegembiraan di dalam kewajibannya untuk taat, yang merupakan buah dari kepastian ini; dan jauh dari kemungkinan akan menjadikan manusia bersikap semaunya.
4. Orang-orang peraya sejatinya mungkin mendapati bahwa kepastian mereka akan keselamatan ini diguncang, berkurang, dan terputus dengan berbagai cara seperti dikarenakan oleh pengabaian mereka untuk bertekun di dalamnya, oleh kejatuhan di dalam suatu dosa tertentu yang melukai hati nurani dan mendukakan Roh, oleh suatu cobaan yang mendadak atau kuat, oleh penahanan yang dilakukan Allah atas cahaya wajah-Nya dan mengizinkan orang-orang yang takut akan Dia seperti berjalan di dalam gelap dan tidak memiliki terang. Akan tetapi mereka tidak pernah bener-bener kehilangan benih dari Allah dan kehidupan iman, kasih akan Kristus dan sesama, ketulusan hati, dan kesabaran akan kewajiban; yang mana dari semua hal ini, kepastian ini bisa dipulihkan oleh karya Roh pada waktu yang telah diterapkan, dan oleh kesemua hal tersebut juga, untuk sementara waktu, mereka benar-benar dikuatkan agar tidak sampai benar-benar putus asa.
Analisa Bab XVII artikel 3 - 4
Bagian pengakuan iman ini mengajarkan kepada kita :
- bahwa seseorang mungkin adalah orang yang sungguh-sungguh percaya meskipun dia tidak memiliki kepastian sempurna tentang hal itu;
- akan tetapi, dia berkewajiban untuk mendapatkan kepastian itu;
- bahwa dengan memiliki kepastian ini tidak berarti manusia bebas berbuat sekehendaknya, melainkan menjadikannya bertekun, dll.;
- bahwa mereka yang memiliki kepastian ini bisa tergundang, merasakan kepastian ini berkurang, atau terputus (dikarenakan kelalaian, dosa, godaan atau cobaan), dan;
- tanpa memperhatikan apakah seseorang yang percaya memiliki atau tidak memiliki kepastian, dia tetap berada dalam pemeliharaan Allah, karena benih dari Allah dan karya-Nya di dalam diri orang itu, yang dengannya dia akan mendapatkan atau menemukan kembali kepastiannya pada waktu yang telah ditetapkan Allah.
Next Lanjut pada Analisa Sederhana Pengakuan Iman Westminster Bab XIX.
Sumber :
Williamson, G. I. 2017. Pengakuan Iman Westminster. Surabaya: Momentum.
Sumber gambar :
Gambar oleh Adam Derewecki dari Pixabay -- Westminster